pada sebuah jalan diagonal
ada bangunan berdiri megah
sekitarnya bangunan hanya rendah
selarik mantra yang tak minta dibaca
terukir rapi di bawah matahari yang berpendar
tepat di tembok sebuah balairung sepi
hanya gema yang tersisa
dari sebuah slogan yang patah
5 tahun yang lalu
waktu pertama aku tak sengaja
berpapasan, lalu ku sapa ia
sebuah pertemuan yang dingin
aku bahkan tak sempat melihat punggungnya
di dalam
tak ada semak dan beringin
hanya angin
yang seringkali membawa aroma tahi
kerbau yang tak malu
menyelinap di ruang-ruang kuliah yang kotak
aku duduk
memandang dari seberang jalan
sembari menunggu makan malam
bersama seorang rekan yang mungkin
tak peduli dengan nasib
ia suka pakai peci, lurus dan kaku
seperti rumput yang tak pernah belajar menari
otak menolak untuk beku
kenangan menggurat tintanya
pada kertas kaku
dan toga yang kedodoran
aku tak pernah mendapat apa-apa di sana
bahkan cinta
mungkin bulan sayu malam itu
hanya lengking tajam dari sempritan
satpam yang terdengar di gerbang depan
pada setiap detik di tepi hari
dan poster-poster yang bosan
tak mengatakan apapun
lebih dari sekadar bangunan
di sana hitam, putih melebur dalam ke-abu-abu-an
mungkin canda,
tawa yang menyembunyikan tangis sendu
tak pernah menjelaskan apa-apa
tapi kekonyolan yang seakan menertawakan
buku-buku tebal di dalam ruang dosen yang ‘mambu mall’
laku kenthir yang lepas
sejarah yang koplak
semua itu hidup
dalam ingatanku
ingatan sebagian kalian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar