Rabu, 19 Juni 2013

Pada sebuah jalan diagonal



pada sebuah jalan diagonal
ada bangunan berdiri megah
sekitarnya bangunan hanya rendah

selarik mantra yang tak minta dibaca
terukir rapi di bawah matahari yang berpendar
tepat di tembok sebuah balairung sepi
hanya gema yang tersisa
dari sebuah slogan yang patah

5 tahun yang lalu
waktu pertama aku tak sengaja
berpapasan, lalu ku sapa ia
sebuah pertemuan yang dingin
aku bahkan tak sempat melihat punggungnya

di dalam
tak ada semak dan beringin
hanya angin
yang seringkali membawa aroma tahi
kerbau yang tak malu
menyelinap di ruang-ruang kuliah yang kotak

aku duduk
memandang dari seberang jalan
sembari menunggu makan malam
bersama seorang rekan yang mungkin
tak peduli dengan nasib
ia suka pakai peci, lurus dan kaku

seperti rumput yang tak pernah belajar menari
otak menolak untuk beku
kenangan menggurat tintanya
pada kertas kaku
dan toga yang kedodoran

aku tak pernah mendapat apa-apa di sana
bahkan cinta

mungkin bulan sayu malam itu
hanya lengking tajam dari sempritan
satpam yang terdengar di gerbang depan
pada setiap detik di tepi hari
dan poster-poster yang bosan
tak mengatakan apapun

lebih dari sekadar bangunan
di sana hitam, putih melebur dalam ke-abu-abu-an

mungkin canda,
tawa yang menyembunyikan tangis sendu
tak pernah menjelaskan apa-apa
tapi kekonyolan yang seakan menertawakan
buku-buku tebal di dalam ruang dosen yang ‘mambu mall’

laku kenthir yang lepas
sejarah yang koplak
semua itu hidup
dalam ingatanku
ingatan sebagian kalian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar